Kimia organologam adalah ilmu kimia yang mempelajari tentang logam
yang berikatan langsung dengan satu atau lebih atom carbon. Beberapa
senyawa organologam ada yang tidak berikatan lansung dengan atom karbon
seperti pada kompleks phospine, logam hidrida, organosilikon,
organoboron dan lainnya. Ada beberapa logam yang berikatan langsung
dengan unsur karbonnya namun bukan termasuk senyawa organologam, yaitu
logam karbida dan logam sianida. Fungsi utama senyawa organologam adalah
sebagai katalis pada reaksi kimia.
Terdapat dua macam ikatan organologam, yaitu :
- Ikatan ionik. Ikatan ionik organologam terbentuk dari unsur yang sangat elektropositif yaitu unsur pada golongan I, II, dan III. Organologam dengan yang berikatan secara ionik bersifat tak larut dalam pelarut hidrokarbon dan mudah teroksidasi.
- Ikatan kovalen. Ikatan kovalen organologam yang mudah menguap terbentuk dari logam Zn, Cd, Hg, dan logam non-transisi gologan III (kecuali aluminium), IV, dan V. Ikatan kovalen ini terbentuk dengan cara memberikan satu elektron tunggalnya, baik dari logam maupun unsur organiknya, untuk dipakai secara bersama. Sifat dari senyawa organologam dengan ikatan kovalen ini mudah menguap, larut dalam pelarut organik, dan tidak larut dalam air.
Sejarah Singkat dari Kimia Organologam
Kimia Organologam telah dimulai sekitar jutaan tahun yang lalu. Cobalamin atau vitamin B12 merupakan senyawa organologam yang telah
ada di alam, karena sudah ada di alam maka keberadaan senyawa
organologam sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu bahkan sebelum
manusia ada.
Dilakukan Total synthesis pertama terhadap Senyawa organologam
pertama yaitu pada tahun 1972. Yang dimaksud Total sintesis yaitu
mensintesis suatu senyawa dari sangat awal bagaikan merangkai atom per
atom. Karena disintesis bagian perbagian maka senyawa cobalamin ini
dibuat dalam waktu yang sangat lama, sekitar 20Tahun.
Ada beberapa pendapat dan perdebatan tentang pembuatan senyawa
organologam pertama kali, ada pendapat yang menyatakan bahwa cadet ,
sebagian mengatakan bahwa seize yang pertama.
- Uap dari Cairan Cadet 1760
As2O3 + 4 CH3COOK –> [AsMe2]2
senyawa organologam pertama yang ditemukan oleh cadet pada tahun
1760. Namun senyawa organometal yang ia hasilkan bukanlah hasil yang
diharapkan dari reaksi kalium asetat dan arsen trioksida . oleh karena
itulah ada yang tidak setuju dengan pendapat bahwa cadet yang pertama
mensintesis senyawa organometal.
- Garam Zeize disintesis pada 1827 K[Pt(C2H4)Cl3] • H2O
Zeise menemukan senyawa organometal pertama yang memang disengaja. Setelah itu, Birnbaum mengkorfimasi adanya ligand H2C=CH2
pada1868 yang mendukung penemuan Zeise. Sedangkan pada 1975, struktur
sempurna dari garam zeise terkarakterisasi sehingga membuktikan
serangkaian penemuan dari terdahulunya.
- Grignard Reagents (XMgR)
Grignard Reagents (XMgR) disintesis sekitar 1900 oleh victor Grignard
Secara tak sengaja diproduksi ketika ingin membuat senyawa lain Saytzeff
method. Saat itu ia sedang melakukan penelitian dibawah bimbingan
dosennya bernama Barbier.
- 1951 – 1952 Penemuan of ferrocene, Fe(h5-C5H5)2
Keally, Pauson, dan Miller melaporkan synthesis ferrocene ini secara
tak sengaja, karena sebenarnya mereka ingin mensintesis fulvalen. Yaitu
senyawa sandwich hidrokarbon saja.
Ferrocene merupakan struktur yang sangat stabil dengan struktur 2
benzene yang mengapit atom Fe, karena sangat stabil maka penggunaan
ferrocene ini sangat banyak. 1973 Nobel prize Geoffrey Wilkinson dan Ernst Otto Fischer karena banyak penelitiannya pada senyawa sandwich (metallocene).
- Ziegler/Natta polymerization
1955 Ziegler dan Natta mengembangkan polimerisasi olefin pada tekanan rendah menggunakan campuran katalis logam (transition metal halide / AlR3).
Giulio Natta bekerja pada penelitian bersama Ziegler
menerapkan a-olefin yang lain seperti propylene dan styrene pada reaksi
polimerisasi. menghasilkan polypropylene dibuat menjadi 2 fraksi:
amorphous (atactic) dan crystalline (tactic).pada 1963 Nobel prize untuk Karl Ziegler dan Giulio Natta pada katalis Ziegler-Natta yang nantinya digunakan secara komersil dalam pembuatan plastik.
- Kompleks Vaska
Pada tahun 1962 Kompleks Vaska dilaporkan oleh Lauri Vaska , senyawa ini
memiliki kemampuan adisi oksidasi dan dapat mengikat O2 secara
reversibel.
- Penemuan fulleren pada 1985
Fulleren merupakan senyawa karbon yang saling berikatan membentuk suatu
bentuk bola yang berongga. Fulleren ini dapat menangkap senyawa logam di
dalamnya sehingga disebut juga metallofulleren.
Jenis-Jenis Senyawa Organologam
a. Logam non-transisi
1. Alkil dan Aril Litium
(Organolitium)
Senyawa Organolitium adalah senyawa
Logam Alkali yang mempunyai sifat kelarutan dalam Hidrokarbon atau cairan
nonpolar dan penguapan yang tinggi serta mempunyai sifat khas zat Kovalen. Penggabungan
Molekular adalah suatu keistimewaan yang penting dari alkil baik dalam kristal
maupun larutan. Jadi dalam Metil lithium atom-atom Li terletak pada sudut-sudut
sebuah tetrahedron dengan gugus alkil berpusat pada bidang dihadapannya. Gugus
CH3 secara simetris terikat pada tiga atom Li, dan ikatan jembatan
alkil ini adalah dari jenis tuna elektron berpusat banyak.
Dalam larutan, sifat spesies
terpolimerisasi bergantung pada pelarut, sifat sterik dari radikal organik dan
suhu. Dalam Hidrokarbon MeLi, EtLi, n-PrLI,
dan beberapa lainnya adalah heksamer, namun tert-butilitihium,
yang tersolfasi. Tidak terdapat agregat yang lebih kecil dari pada tetramet.
Meskipun demikian, bilamana digunakan pengkelatan amin ditersier, seperti
tetrametiletilendiamen (TMED), Me2NCH2CH2NMe2
diperoleh kompleks alkillithium monomer yang stabil. Alkil dan aril juga
membentuk kompleks dengan alkil logam lain seperti kompleks dengan Mg dan Zn.
Sebagai contoh:
2LiC6H5 + Mg(C6H5)2→
Li2[Mg(C6H5)4]
Terdapat
keragaman yang luas dalam kreaktifan perbandingan alkil, Li yang bergantung
kepada perbedaan dalam agresasi dan interaksi pasangan ion. Suatu contoh adalah
Bensinlitium, yang berupa monomer dalam tetrahidrofuran dan bereaksi dengan
suatu supstrat tertentu lebih dari 104 kali lebih cepat dari pada metillithium
tetramet. Kompleks TMED monomer yang disebutkan diatas juga lebih jauh dari
reaktif dari pada agregat alkil yang bersangkutan. Alkillithium dapat
mempolilithiasi asitilen,asetonitril, dan senyawa-senyawa lain, jadi CH3C≡≡
CH memberikan Li4C3, yang dapat dianggap sebagai turunan
C34-.
Reaksi
alkil lithium umumnya dianggap bersifat sebagai ion karbon. Alkil alkena, khususnya Isoprena, yang memberikan sampai 90% 1,4-cis-polilisoprena, sebagai reaksi lainnya dengan alkena telah
dipelajari kompleks TMED sekali lagi luar biasa aktif, tidak hanya
berpolomerisasi etilena namun bahkan akan memelitisasi benzena dan senyawa
aromatik, juga bereaksi dengan hidrogen pada 1 atm menghasilkan LiH dan alkana.
2.
Senyawa Organo-Natrium dan Kalium
Semua
senyawa ini benar-benar ionik dan tidak larut sampai batas apa pun dalam
hidrokarbon karena sangat reaktif, peka terhadap udara, dan terhidrolisis kuat
dalam air.
Yang
terpenting adalah senyawa natrium dari hidrokarbon asam seperti siklopentadiena,
idena, asitilena, dan sejenisnya. Ini diperoleh dari interaksi dengan logam
natrium atau natrium yang dihamburkan dalam tetrahidrofuran atau
dimetilformamida.
2CH5H6 + 2Na →
2C5H5-Na+ + H2
RC≡CH + Na → RC≡C-Na+
+ ½ H2
3. Magnesium
Senyawa
organik dari Ca,Sr, dan Ba sangat ionik dan relatif tidak berguna, namun
senyawa magnesium mungkin adalah yang dipakai paling lias sebagai senyawa
organik yang digunakan sangat luas dalam kimia organik dan dalam sintesis
senyawa alkil dan aril dari unsur-unsur lain. Senyawa ini adalah jenis RMgX
(pereaksi Grignard) dan MgR2. Yang pertama dibuat dengan interaksi langsung logam dengan suatu
halida organik RX dalam suatu pelarut yang cocok, biasanya suatu eter seperti
dietil eter atau tetrahidrofuran. Reaksinya biasanya paling cepat dalam iodida,
RI, dan iod dapat digunakan sebagai suatu pengionisasi. Pereaksi RMgX digunakan
in situ. Spesies MgR2
paling baik dibuat dengan reaksi kering.
HgR2 + Mg (berlebihan) →Hg + MgR2
Dialkil
atau diaril kemudian diekstraksi dengan sutu pelarut organik. RMgX sebagai zat
terlarut, maupun R2Mg adalah reaktif, dan menjadi peka terhadap
oksidasi dengan udara dan terhadap hidrolisis dengan air.
Sifat
pereaksi Grignard dalam larutan adalah rumit dan bergantung pada sifat
gugus-gugus alkil dan halida pada pelarut, konsentrasi dan suhu. Solvasi
terjadi, dan penggabungan lebih utama terjadi dengan halida dari pada karbon
berjembatan, kecuali bagi senyawa metil dimana jembatan oleh gugus CH3
terjadi.
Dalam
larutan encer dan dalam pelarut donor yang lebih kuat, spesies monomer biasanya
menonjol, namun dalam dietil eter pada konsentrasi yang lebih besar dari pada
0,1M penggabungan mmenghasilkan
polimer linier atau siklis. Bagi pereaksi Grignard kristal, kedua struktur
RMgX.nS dimana n adalah jumlah molekul pelarut, S, begantung pada sifat R, dan R(S)Mg(µ-X)2Mg(S)R
telah ditemukan. Atom Mg biasaya terkoordinasi tetrahedral.
Senyawa
seng dan kadmium mirip dengan senyawa magnesium namun berbeda dalam
kereaktifannya. Alkil seng yang lebih rendah adalah cairan yang mudah menyalah
dalam udara dan bereaksi kuat dalam air.
b. Logam Transisi
Bagi logam transisi, alkil atau aril
yang terikat σ-hanya stabil dalam lingkungan yang khusus. Spesies yang tidak
stabil atau labil dengan ikatan σ pada karbon sangat penting, khususnya dalam
reaksi latalitik akena dan alkana yang diinduksi oleh logam transisi atau
kompleks logam.
Sifat yang khas orbital d
memungkinkan pengikatan pada atom logam dari hidrokarbon tidak jenuh dan
molekul lain. Ikatannya adalah non-klasik dan kompleks logam dari alkena,
alkuna dan sejenisnya tidak mempunyai kaitan di mana pun dalam kimia.
1.
Ikatan σ Logam
Transisi pada Karbon
Senyawa
[(CH3)3Pt]4 yang mempunyai suatu struktur
didasarkan atas kubus dengan atom-atom Pt dan I pada sudut yang
berselang-seling dan setiap Pt terikat pada tiga gugus CH3, dibuat
dalam tahun 1909 oleh Pope dan Peachy usaha untuk membuat senyawa seperti (C2H5)3Fe
dengan reaksi pereaksi Grignard dengan halida logam telah gagal. Meskipun bukti
menunjukkan bahwa alkil berada dalam larutan pada suhu rendah, terjadi
dekomposisi yang rumit dan reaksi kopling pada suhu seperti sekelilingnya.
Senyawa alkil dapat diisolasi salah
satu contoh adalah CH3Mn(CO)5. Sekarang tampak bahwa
alasan utama bagi kestabilan senyawa ini adalah letak koordinasi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi dekomposisi dihalangi. Alasan utama bagi
ketidakstabilan kebanyakan alkil atau aril biner adalah bahwa mereka
terkoordinasi tidak jenuh, dan senyawa mudah melalui tahapan-tahapan agar dapat
terjadi reaksi dekomposisi yang mungkin secara termodinamika. Tahapan reaksi
dekomposisi meliputi homolisis ikatan M – C yang melepaskan radikal bebas,
demikian juga pemindahan atom hidrogen dari karbon ke logam. Suatu reaksi umum yang khusus adalah
pemindahan dari karbon β- rantai alkil yang dihasilkan dalam eliminasi olefin
dan pembentukan suatu ikatan M – H. Kebalikan reaksi ini yaitu, pembentukan
alkil dengan penambahan olifin pada ikatan M – H sangat penting dalam reaksi
katalitik. Sekali hidrogen dipindahkan ke logam, reaksi berikutnya dapat
terjadi menghasilkan logam dan hidrogen, atau hidrogen dapat dipindahkan ke
alkena membentuk alkana. Jadi telah diperlihatkan bahwa alkil tembaga, (Bu3P)CuCH2C(Me)2Ph,
terdekomposisi secara besar-besaran oleh suatu tahapan radikal bebas, namun
bahwa alkil yang sama (Bu3P)CuCh2CH2CH2CH3,
terdekomposisi dengan suatu tahapan nonradikal yang melibatkan pembentukan
ikatan Cu – H. Perbedaannya adalah bahwa yang belakangan, namun bukan yang
sebelumnya, mempunyai sebuah atom hidrogen pada atom karbon –β kedua.
Ada sejumlah alkil stabil yang secara termal memang pantas tidak
dapat melakukan pemindahan hidrida –β, yakni reakksi eliminasi alkena. Ini mempunyai
gugus-gugus seperti –CH2C6H5, -CH2SiMe3,
-CH2CMe3, -CH2PMe3, dan 1-norbonil.
2.
Senyawa
Organotimah
Senyawa organotimah adalah senyawa organometalik yang disusun
oleh satu atau lebih ikatan antara atom timah dengan atom karbon (Sn-C).
Senyawa ini umumnya adalah senyawa antropogenik, kecuali metiltin yang mungkin
dihasilkan melalui biometilasi di lingkungan. Atom Sn dalam senyawa organotimah
umumnya berada dalam tingkat oksidasi +4. Rumus struktur senyawa organotimah
adalah RnSnX4-n (n=1-4), dengan R adalah gugus alkil atau aril (seperti: metil,
butil, fenil, oktil), sedangkan X adalah spesies anionik (seperti: klorida,
oksida, hidroksida, merkaptoester, karboksilat, dan sulfida). Bertambahnya
bilangan koordinasi bagi timah dimungkinkan terjadi, karena atomnya memiliki
orbital d (Sudaryanto, 2001). Tetraorganotimah dan triorganotimah klorida
umumnya digunakan sebagai intermediet pada preparasi senyawaan organotimah
lainnya. Tetrafeniltimah larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Senyawaan organotimah cenderung memiliki karakter satu atau lebih ikatan
kovalen antara timah dan karbon.
3. Logam Pt (Garam Zeise)
Senyawa
organologam pertama kali dilaporkan pada tahun 1827, dimana saat itu telah
disintesis suatu senyawa yang berbentuk seperti Kristal yang menyerupai jarum
berwarna kuning. Kristal ini terbentuk setelah direfluk dari campuran senyawa
PtCl4 dan PtCl2 dengan pelaruth etanol. Kemudian diikuti
dengan penambahan larutan KCl. Kristal jarum kuning ini kemudian diberi nama
garam Zeise, nama dari sang penemu yaitu Zeise.
Garam Zeise teridentifikasi sebagai senyawa pertama yang
disebut dengan senyawa organologam, sebab senyawa ini mengandung molekul
organic yang terikat ke logam (Pt) dengan menggunakan elektron phi (π). Bentuk
dari senyawa ini adalah datar atu square plane, dengan 3 ligan kloro (Cl) yang
menduduki pojok masing-masing bidang datarnya dan ligan etilen pada pojok
bidang lainnya dengan posisi tegak lurus bidang. Kimia
organologam logam transisi masih relatif baru. Walaupun kompleks etilena
platina yang disebut
dengan garam Zeise, K[PtCl3(C2H4)],
tetrakarbonilnikel, Ni(CO)4, dan pentakarboniliron, Fe(CO)5,
yang kini diklasifikasikan senyawa organologam, telah dipreparasi di abad
ke-19, ikatan dan
strukturnya waktu itu belum dikeahui. Riset W. Hieber dkk pada senyawa karbonil
logam merupakan penanda
penting di tahun 1930-an, tetapi hasil-hasil studi ini sangat terbatas karena analisis
struktur yang belum berkembang pada waktu itu.
4. Besi (Ferosen,
Fe(C5H5)2)
Penemuan
ferosen, Fe(C5H5)2, di tahun 1951 merupakan
fenomena penting dalam kimia
organologam.
Modus ikatan yang sangat unik dalam senyawa ini menjadi sangat jelas terlihat dengan hasil analisis
struktural kristal tunggal sinar-X, spektrum NMR, spektrum IR, dan sebagainya. Penemuan besar bahwa ferosen menunjukkan
kestabilan termal yang tinggi walaupun ada anggapan umum ikatan logam transisi karbon akan
sangat tidak stabil. Namun dengan jelas ditunjukkan bahwa senyawa ini memiliki struktur
berlapis dengan lima atom karbon gugus siklopentadienil terikat secara simultan pada atom besi.
Walaupun berbagai modus ikatan ligan hidrokarbon akhirnya ditemukan satu demi satu, aplikasi
industri senyawa organologam logam transisi meningkat dengan penemuan katalis polimerisasi
olefin (katalis Ziegler), katalis hidrogenasi homogen (katalis Wilkinson), dan katalis sintetik
asimetrik. Hadiah Nobel dianugerahkan pada Ziegler dan Natta (1963), E.
O.Fischer, dan G. Wilkinson (1973) sebagai penghargaan atas pentingnya
penemuan-penemuan ini.
Reaksi Organologam
1. Insertion Reaction
Reaksi penyisipan
merupakan suatu reaksi yang menyisipkan suatu molekul kedalam suatu
senyawa organologam. Molekul yang menyisip kedalam senyawa organologam
ini dapat bertindak sebagai 1,1 insertion dan 1,2 insertion,
kedua hal ini merupakan suatu acuan bagaimana molekul ini menyisipkan
dirinya diantara logam dan ligan senyawa organologam yaitu apakah
menggunakan satu atom untuk mengikat logam dan ligan (1,1 insertion) atau molekul tersebut mempunyai dua atom yang satu mengikat logam sedangkan atom lain mengikat ligan (1,2 insertion). Contoh reaksi insertion dapat ditunjukan dari siklus reaksi dibawah ini (reaksi penyisipan di dalam kotak).
Pada reaksi diatas dapat dijelaskan bahwa senyawa HNi(CO)2Cl direaksikan dengan senyawa RCH=CH2 maka senyawa RCH=CH2 akan menyisip diantara logam dengan atom H. Reaksi ini merupakan 1,2 insertion, dimana
ada dua atom C pada senyawa ini, satu atom C mengikat logam Ni dan atom
C yang lain mengikat H, akibatnya ikatan rangkap pada molekul RCH=CH2 berubah menjadi tunggal karena elektronnya dipakai untuk mengikat logam dan atom H.
2. Carbonyl Insertion (Alkyl Migration)
Reaksi penyisipan karbonil pada dasarnya sama seperti penyisipan biasanya (1,1 insertion dan 1,2 insertion),
tetapi yang membedakan disini adalah yang masuk diantara logam dan
ligan adalah molekul karbonil (CO). Mekanisme reaksi dari penyisipan
karbonil diusulkan ada tiga, yaitu penyisipan secara langsung, migrasi
karbonil, dan migrasi alkil. Dari ketiga usulan mekanisme reaksi ini,
dilakukan pengujian melalui eksperimental. Hasilnya mekanisme penyisipan
karbonil yang diterima atau sesuai hasil pengujian adalah migrasi
alkil. Jadi alkil bermigrasi dan terikat pada karbonil, tempat yang
ditinggalkan alkil tadi ditempati karbonil dari luar. Contoh dari
penyisipan karbonil diberikan pada siklus reaksi dibawah ini (dalam
kotak):
Dari kedua gambar
diatas, dapat dijelaskan bahwa reaksi penyisipan karbonil seperti
dijelaskan pada pengantar singkat reaksi penyisipan karbonil diatas,
mekanisme reaksinya adalah migrasi alkil. Pada gambar diatas ditunjukkan
bahwa CH2CH2R bermigrasi ke CO, tempat kosong pada logam yang ditinggalkan alkil tersebut selanjutnya diisi oleh CO dari luar.3. Hydride Elimination
Reaksi eliminasi
hidrida ini yang sering ditemui adalah reaksi β-elimination yang
merupakan suatu reaksi transfer atom H pada suatu ligan alkil (pada
ligan posisi β terhadap logam) ke logam. Reaksi ini dapat menyebabkan
meningkatnya bilangan oksidasi dan bilangan koordinasi dari logam.
Proses transfer atom H pada alkil posisi β ini terjadi apabila posisi
logam, carbon α, karbon β, dan hidrida koplanar. Contoh reaksi ini
adalah pada siklus Wacker. Pada siklus ini terdapat reaksi
β-hibrid-eliminasi (dalam kotak).
Pada reaksi diatas dinamakan reaksi β-hidrid-eliminasi karena pada molekul A, atom H yang terikat pada atom O (pada gugus OH posisi β terhadap logam), ditransfer menuju ke logam Pd. Pada contoh reaksi ini
ternyata reaksi β-hidrid-eliminasi tidak hanya atom H milik alkil
posisi β, tetapi dapat juga dari atom H dari gugus hidroksil (OH) pada
posisi β. Atom H yang ditransfer ke logam Pd menyebabkan bilangan
koordinasi logam Pd bertambah dari dua menjadi tiga. Hasil akhir dari
reaksi ini adalah terbentuknya molekul B.
4. Abstraction Reaction
Reaksi abstraksi
merupakan suatu reaksi eliminasi ligan yang tidak akan merubah bilangan
koordinasi logam. Reaksi ini berkaitan dengan pembuangan substituent
pada ligan dengan posisi karbon α dan β terhadap logam. Pembuangan
substituent pada ligan ini dapat terjadi karena pengaruh suatu reagen
eksternal. Contoh dari reaksi ini adalah:
Pada reaksi diatas
(dalam kotak) disebut sebagai reaksi abstraksi dikarenakan terjadi
pembuangan substituent yaitu atom H pada ligan η4-5-exo-RC5H5 (tetrahapto) yang disebabkan oleh reagen Ph3CPF6. Dari hasil pembuangan atom H ini, maka ligan η4-5-exo-RC5H5 berubah menjadi η5-RC5H4.
Bilangan koordinasi logam pada reaksi ini tidak berubah, tetapi
bilangan oksidasi logam Fe berubah dari Fe(0) menjadi Fe(II).
permasalahannya :
berdasarkan uraian diatas dalam reaksi organologam, mekanisme reaksi
dari penyisipan karbonil diusulkan ada tiga, yaitu penyisipan secara
langsung, migrasi karbonil, dan migrasi alkil. bisakah teman teman jelaskan perbedaan yang spesifik dari ketiga mekanisme reaksi penyisipan karbonil tersebut! terimakasih
Saya aulini dgn nim RRA1C114010 akan mencoba membantu menjawab permasalahan saudari mardhyati Reaksi Logam langsung ; sintesis yang paling awal oleh ahli kimia Inggris, Frankland dalam tahun 1845 adalah interaksi antara Zn dan suatu alkil Halida. Adapun yang lebih berguna adalah penemuan ahli kimia Perancis, Grignard yang dikenal sebagai pereaksi Grignard. Contohnya interaksi Magnesium dan alkil atau aril Halida dalam eter:
BalasHapusMg + CH3I → CH3MgI
Interaksi langsung alkil atau aril Halida juga terjadi dengan Li, Na, K, Ca, Zn dan Cd.
Migarsi alkil Senyawa ini dimanfaatkan untuk membuat senyawa organologam lainnya. Kebanyakan Halida nonlogam dan logam atau turunan Halida dapat dialkilasi dalam eter atau pelarut hidrokarbon, misalnya :
PCl3 + 3C6H5MgCl → P(C6H5)3 + 3MgCl2
VOCl3 + 3(CH3)3SiCH2MgCl → VO(CH2SiMe3)3 + 3MgCl2
Semoga bisa membantu